Rabu, 29 Agustus 2012

sedikit cerita tentang KKN di Desa Sukamaju

2 Juli 2012, kami diberangkatkan dari Unila, pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan bersama Arina Khusnayain (BUnda)pend. Fisika, Beni Saputra (KYai)pend. ekonomi, Dwi Arta Rini (Nonot)pend. B. inggris, Rika Jusnely (Ayuk)pend. kimia, Novi Rokayah (KOkoi) pend. ekonomi, Ni' Malida (Teteh)pend pkn, Siti Fatimah (Olive)pend biologi, Ikhwan Prayogi (Pak Kordes)pend. penjas, Hery Suryanovan(Oom)pend. mtk, dan Saddam Husein Inonu (Hucein)F.Ekonomi, dan saya sendiri Desi Susanti (Bu Ci) Pend. B.Indonesia. kami bersebelas tim KKN desa Sukamaju, Kecamatan Punduh Pedada, Pesawaran. kami menempuh perjalanan ke Soka (SUkamaju)sekitar kurang lebih 3 jam, pertama datang kami menyinggahi kediaman Kades yaitu pak Djebe, setelah berbincang-bincang kami diantar ke rumah yang akan menjadi basecamp perjuangan kami selama 40 hari, yaitu kediaman Bapak Suratman dan ibu Wati. banyak keluh kesah perjalanan yang kita lalui, warga soka sangat baik dan ramah, kami krasan di sana. Ramadan kita lalui di sana dengan berbagai goresan keluh, kesah dan canda. yang paling berkesan adalah menu saur ala Tim Suwong (nonot, kokoi dan bunda), yaitu mie suwong, yang rasanya gx akan terlupakan he,,,,he...he Pemandangan alam di sana sangat luar biasa, kami menyinggahi pantai pasir putih, bang up, dan karang menyingok, yang sangat fantastik dan menantang. Banyak kegiatan yang kami lakukan di sana, dari gotong royong, mengajar paud, mengajar TPA, Posyandu, senam Aerobik, membuat plang masjid, kripik coklat, tadarus, bubar bersama aparat desa, dan masih banyak lagi kegiatan yang sangat menorehkan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan. trimkasih buat keluarga baruku, ini sebuah pelajaran yang sangat berharga cerita indah dimasa tua kelak

Sabtu, 12 Mei 2012

Intronspeksi Kaum Korelis

KOLERIS Sedikit intronspeksi diri sejenak.... :) Orang Koleris yang Kuat adalah orang yang dinamis, memimpikan hal-hal mustahil dan bertujuan meraih bintang yang di luar jangkauannya. Koleris yang Kuat selalu mengincar, meraih, berhasil. Sementara orang Sanguinis bicara, orang Melankolis berpikir, orang Koleris yang Kuat mencapai. Dia punya watak yang paling mudah dipahami dan mudah diajak bergaul, selama anda hidup mengikuti peraturan emasnya : “Lakukan dengan cara saya, SEKARANG!”. Orang Koleris yang Kuat mirip dengan Sanguinis yang Populer dalam hal mereka sama-sama mudah bergaul dan optimistis. Orang Koleris yang Kuat bisa berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain, dan dia tahu segala-galanya akan beres – selama dia memegang pimpinan. Dia lebih banyak menyelesaikan pekerjaan daripada watak-watak lainnya, dan dia memberi tahu Anda dengan jelas di mana dia berdiri. Karena orang Koleris yang Kuat berorientasi tujuan dan mempunyai kualitas kepemimpinan bawaan, dia biasanya menanjak ke puncak karir apa saja yang dipilihnya. Mayoritas pimpinan partai politik dunia terutama orang Koleris yang Kuat. Dilahirkan sebagai Pemimpin. Orang Koleris yang Kuat akan memperlihatkan sikap mengambil pimpinan sejak masa dini kehidupannya. Mereka dilahirkan sebagai pemimpin dan akan melihat ke luar dari terali ranjang bayinya serta merencanakan sepepat apa dia akan mengambil alih kekuasaan dari Ibu. Sangat memerlukan perubahan. Orang Koleris yang Kuat serba bisa memaksa dan mereka merasa harus mengubah apa saja yang mereka lihat tidak pada tempatnya dan mengoreksi apa saja hal tidak benar yang diberlakukan terhadap orang yang tidak berdaya. Orang Koleris yang Kuat dengan cepat bangkit untuk melakukan perjuangan dan kampanye demi kebenaran. Mereka tidak pernah tidak peduli atau masa bodoh tetapi penuh perhatian dan penuh keyakinan. Berkemauan Kuat dan Tegas. Pada saat orang lain tidak dapat mengambil keputusan, orang Koleris yang Kuat akan memutuskan dengan seketika. Mereka memecahkan masalah dan menghemat waktu, walaupun tidak semua orang menghargai ketegasan mereka. Orang Koleris yang Kuat mempunyai peranan yang berat dalam kehidupan. Mereka memiliki jawabannya, mereka tahu apa yang harus dilakukan, mereka bisa membuat keputusan dengan cepat, mereka menebus orang lain keluar, tapi mereka jarang populer karena kepastian dan sifat asertif mereka membuat orang lain merasa tidak aman, dan kemampuan mereka untuk memimpin dengan mudah bisa membuat mereka tampak sok berkuasa. Bisa Menjalankan Apa Saja. Orang Koleris yang Kuat bisa menjalankan apa saja, apakah mereka memiliki pengetahuan hukum sampingan atau tidak. Orang Koleris yang Kuat secara alami melihat jawaban yang praktis terhadap masalah hidup dan tidak bisa membayangkan mengapa tidak ada orang lainnya yang memikirkan gagasan yang tepat. Berorientasi Tujuan. Orang Koleris yang Kuat selalu lebih tertarik untuk mencapai tujuan daripada menyenangkan orang lain. Ini merupakan hal yang sekaligus positif dan negatif, dalam hal bahwa mereka cenderung menuju puncak sendirian. Orang Koleris yang Kuat selalu melakukan pekerjaan secara lebih baik kalau mereka bisa menyingkirkan apa yang menjadi hambatannya. Mereka kerap kali menjadi penyendiri, bukan atas kemauan sendiri, tetapi karena tidak ada seorang pun yang bisa mendampingi mereka, dan mereka membiarkan orang lain tau bahwa mereka merupakan rintangan bagi kemajuan. Mengorganisasi dengan Baik. Orang yang tidak tahu kemana dia akan pergi tidak akan sampai ke sana, dan Orang Koleris yang Kuat adalah orang yang ahil dalam organisasi masalah seperti itu hingga dapat sampai ke tujuan dengan cepat dan tepat. Mendelegasikan Pekerjaan. Aset orang Koleris yang Kuat yang terbesar adalah kemampuannya mencapai melebihi siapapun juga lainnya, dibantu oleh bakatnya mengorganisasi. Kalau dia melihat tugas, seketika dia tahu bagaimana tugas itu harus ditangani, dan dia membagi proyek-proyek itu menjadi bagian-bagian pekerjaan secara mental. Dia tau bantuan apa yang akan diperolehnya dan dengan cepat dia membagi-bagi tugas di antara kelompok. Berkembang Karena Tantangan. Orang Koleris yang Kuat bukan hanya suka mencapai tujuan, teatpi mereka juga berkembang karena tantangan. Kalau orang sanguinis berhasil dalam suatu tugas, dan seseorang mengatakan itu tidak bisa dilakukan, mereka mengucapkan terima kasih kepada orang itu, dan berhenti berusaha. Orang Melankolis yang Sempurna menyesali waktu yang mereka lewatkan dan merencanakan dan menganalisa situasi, dan orang Phlegmatis yang damai bersyukur kalau itu tidak dapat dilakukan, sebab sejak semula baginya hal itu kedengaran mirip sekali dengan pekerjaan. Tapi bagi orang Koleris yang Kuat, jika kita mengatakan itu mustahil, hal itu hanya akan menambah semangatnya untuk bisa melakukannya. Tidak terlalu perlu teman. Sementara orang Sanguinis yang Populer membutuhkan teman sebagai pendengar, dan orang Melankolis yang Sempurna perlu teman yang memberikan dukungan, orang Koleris yang kuat tidak memerlukan siapa-siapa di sekelilingnya. Orang Koleris yang Kuat bekerja untuk kegiatan kelompok kalau ada tujuannya dan dengan senang hati akan terjun mengorganisasi kegiatan mengumpulkan dana, tetapi dia tidak perlu membuang waktu untuk mengobrol. Biasanya Selalu Benar. Orang Koleris yang Kuat punya antena bawaan untuk mengindera situasi, dan dia akan membuat pengumuman hanya kalau dia tahu bahwa dia benar. Sementara ciri khasnya merupakan aset besar,orang lain yang berurusan dengan orang Koleris yang Kuat tidak selalu menghargai riwayat rekornya. Unggul dalam Keadaan Darurat. Orang Koleris yang Kuat menyukai keadaan darurat, sehingga mereka bisa muncul dalam situasi yang tidap terduga dan memimpin seluruh kelompok menuju arah baru. MASALAH-MASALAH ORANG KOLERIS YANG KUAT Orang Koleris yang kuat adalah Pekerja Keras Pemecahan 1 : Belajarlah rileks Pemecahan 2 : Sadari bahwa Workaholic itu tak pernah baik bagi diri Pemecahan 3: Singkirkan tekanan dari orang lain Pemecahan 4 : Rencanakan kegiatan di waktu senggang Ingat! Anda bisa rileks tanpa perasaan bersalah Orang Koleris yang Kuat harus terkendali Pemecahan 1 : Menanggapi kepemimpinan orang lain Pemecahan 2 : Jangan menyepelekan “Si Tolol” Pemecahan 3 : Berhentilah Memanipulasi Ingat! Berhenti memanipulasi orang lain dan memanfaatkan “Si Tolol” Orang Koleris yang Kuat tidak tahu bagaimana cara menangani orang lain Pemecahan 1 : Latihlah kesabaran Pemecahan 2 : Simpanlah nasehat sampai ada yang memintanya Pemecahan 3 : Perlunak cara pendekatan Anda Pemecahan 4 : Berhenti bertengkar dan menimbulkan kesulitan bagi orang lain Ingat! Tidak seorang pun yang menyukai pembuat kerusuhan yang tidak sabaran dan Sok Berkuasa! Orang Koleris yang Kuat Benar Tetapi Tidak Populer Pemecahan 1 : Biarkan orang lain benar Pemecahan 2 : Belajarlah minta maaf Pemecahan 3 : Akuilah Anda Punya Kesalahan Ingat! Seandainya orang Koleris yang Kuat mau membuka pikirannya untuk menyelidiki kelemahannya dan mengakui bahwa dia punya sedikit kesalahan, dia bisa menjadi orang yang sempurna sebagaimana yang dikiranya. APA YANG HARUS ANDA LAKUKAN JIKA BERTEMAN DENGAN ORANG KOLERIS YANG KUAT?! Akuilah bahwa mereka berbakat pemimpin Bersikeraslah melakukan komunikasi dua arah Ketahuilah bahwa mereka tidak bermaksud menyakiti Jangan memaksa kemujuran Anda Berusahalah membagi-bagi bidang tanggung jawab Sadarilah mereka tidak penuh belas kasihan Ketahuilah bahwa mereka selalu benar Ringkasan kekuatan dan kelemahan Koleris yang Kuat EMOSI Kekuatan Berbakat pemimpin Dinamis dan aktif Sangat memerlukan perubahan Harus mengoreksi kesalahan Berkemauan keras dan pasti Tidak mudah patah semangat Bebas dan mandiri Mengesampingkan keyakinan Bisa menjalankan apa saja Kelemahan Suka memerintah Tidak sabar Cepat marah Tidak bisa santai Terlalu bergairah Tidak emosional Menyukai kontroversi dan pertengkaran Tidak mau menyerah kalau kalah Terlalu kuat Kaku Tidak mau memuji Tidak menyukai air mata dan emosi Tidak simpatik PEKERJAAN Kekuatan Berorientasi tujuan Melihat seluruh gambaran Serba teratur Mencari pemecahan praktis Bergerak cepat untuk bertindak Mendelegasikan pekerjaan Wawasan tentang produksi Membuat tujuan Merangsang kegiatan Terdorong oleh penentangan Kelemahan Sedikit toleransi terhadap kesalahan Tidak menganalisis perincian Bosan oleh hal sepele Banyak yang membuat keputusan tergesa- gesa Bisa kasar atau tidak taktis Memanipulasi orang lain Menuntut orang lain Tujuan menghalalkan cara Kerja bisa menjadi tuhannya Menuntut loyalitas bawahan TEMAN-TEMAN Kekuatan Tidak begitu memerlukan teman Mau bekerja untuk kegiatan kelompok Mau memimpin dan mengorganisai Biasanya benar Unggul dalam keadaan darurat Kelemahan Cenderung memperalat orang lain Mendominasi orang lain Memutuskan untuk orang lain Mengetahui segala-galanya Bisa melakukan segala-galanya lebih baik Terlalu mandiri Ingin menguasai kawan dan teman hidup Tidak bisa minta maaf Mungkin benar, tetapi tidak populer

Sekilas Tentang Kepribadian

http://www.scribd.com/doc/93321164/Sifat

Senin, 30 April 2012

Dongeng


Kerbau dan Kambing




Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."

Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.

UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERITA


 

KAJIAN MATERI UNTUK MENGANALISIS SEBUAH CERITA


Pengantar

Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud analisis intrinsik adalah mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan di dalam karya sastra aitu atau secara eksplisit terdapat dalam karya sastra. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan duianya sendiri yang berberda dari dunia nyata. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia karya sastra merupakan fiksi yang tidak berhubungan dengan dunia nyata. Karena menciptakan dunianya sendiri, karya sastra tentu dapat dipahami berdasarkan apa yang ada atau secara eksplisit tertulis dalam teks tersebut.
Pada umumnya para ahli sepakat bahwa unsur intrinsik terdiri atas
a.       tokoh dan penokohan/perwatakan tokoh,
b.      tema dan amanat,
c.       latar,
d.      alur,
e.       sudut pandang/gaya penceritaaan,
f.       gaya bahasa,
g.      amanat.

Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur tersebut

TOKOH

Yang dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perlakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.

Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu
a.       Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.
b.      Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.

Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu
a.       Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
b.      Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
c.       Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.

Berdasarkan cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a.       Tokoh datar/ sederhana/ pipih. Yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).
b.      Tokoh bulat/ komplek/ bundar. Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.

PENOKOHAN
Yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu
a.       metode analitis/langsung/diskursif. yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung;
b.      metode dramatik/taklangsung/ragaan. yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh;
c.       metode kontekstual. yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.

Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM., ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
a.       melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis;
b.      melalui ucapana-ucapannya. dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus;
c.       melalui penggambaran fisik tokoh;
d.      melalui pikiran-pikirannya;
e.       melalui penerangan langsung.
Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung.

ALUR

Alur adalah urutaan atau rangkaian peristiwa dalam cerita rekaan. Urutan peristiwa dapat tersusun berdasarkan tiga hal, yaitu
a.       berdasarkan urutan waktu terjadinya. alur dengan susunan peristiwa berdasarkan kronologis kejadian disebut alur linear;
b.      berdasarkan hubungan kausalnya/sebab akibat. alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebut alur kausal;
c.       berdasarkan tema cerita. alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik.

STRUKTUR ALUR
Setiap karya sastra tentu saja mempunyai kekhususan rangkaian ceritanya. Namun demikian, ada beberapa unsur yang ditemukan pada hampir semua cerita. Unsur-unsur tersebut merupakan pola umum alur cerita. Pola umum alur cerita adalah
a.       bagian awal
1.      paparan (exposition)
2.      rangkasangan (inciting moment)
3.      gawatan (rising action)
b.      bagian tengah
4.      tikaian (conflict)
5.      rumitan (complication)
6.      klimaks
c.       bagian akhir
7.      leraian (falling action)
8.      selesaian (denouement)

BAGIAN AWAL ALUR
Jika cerita diawali dengan peristiwa pertama dalam urutan waktu terjadinya, dikatakan bahwa cerita itu disusun ab ovo. Sedangkan jika yang mengawali cerita bukan peristiwa pertama dalam urutan waktu kejadian dikatakan bahwa cerita itu dudun in medias res.
Penyampaian informasi pada pembaca disebut paparan atau eksposisi.  Jika urutan konologis kejadian yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka dalam cerita tersebut terdapat alih balik/sorot balik/flash back.
Sorot balik biasanya digunakan untuk menambah tegangan/gawatan, yaitu ketidakpastian yang berkepanjangan dan menjadi-jadi. Dalam membuat tegangan, penulis sering menciptakan regangan, yaitu proses menambah ketegangan emosional, sering pula menciptakan susutan, yaitu proses pengurangan ketegangan. Sarana lain yang dapat digunakan untuk menciptakan tegangan adalah padahan (foreshadowing), yaitu penggambaran peristiwa yang akan terjadi.

BAGIAN TENGAH ALUR
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan. Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. Klimaks adalah puncak konflik antartokoh cerita.

BAGIAN AKHIR ALUR
Bagian sesudah klimaks adalah leraian, yaitu peristiwa yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita.
Dalam membangun peristiwa-peristiwa cerita, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah
a.        faktor kebolehjadian (pausibility). Yaitu peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya meyakinkan, tidak selalu realistik tetapi masuk akal. Penyelesaian masalah pada akhir cerita sesungguhnya sudah terkandung atau terbayang di dalam awal cerita dan terbayang pada saat titik klimaks;
b.       faktor kejutan. Yaitu peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak/dikenali oleh pembaca;
c.        faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa cerita menjadi dinamis.
Selain itu ada hal yang harus dihindari dalam alur, yaitu lanturan atau digresi. Lanturan atau digresi adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.

MACAM ALUR
Pada umumnya orang membedakan alur menjadi dua, yaitu alur maju dan alur mundur. Yang dimaksud alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian. Sedangkan yang dimaksud alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian.
Pembagian seperti itu sebenarnya hanyalah salah satu pembagian jenis alur yaitu pembagian alur berdasarkan urutan waktu. Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa ada tiga macam alur, yaitu
a.       alur berdasarkan urutan waktu
b.      alur berdasarkan urutan sebab-akibat
c.       alur berdasarkan tema. Dalam cerita yang beralur tema setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.

Dalam hubungannya dengan alur, ada beberapa istilah lain yang perlu dipahami. Pertama, alur bawahan. Alur bawahan adalah alur cerita yang ada di samping alur cerita utama. Kedua, alur linear. Alur linear adalah rangkaian peristiwa dalam cerita yang susul-menyusul secara temporal. Ketiga, alur balik. Alur balik sama dengan sorot balik atau flash back. Keempat, alur datar. Alur datar adalah alur yang tidak dapat dirasakan adanya perkembangan cerita dari gawatan, klimaks sampai selesaian. Kelima, alur menanjak. Alur menanjak adalah alur yang jalinan peristiwanya semakin lama semakin menanjak atau rumit.

LATAR
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran letak geografis (termasuk topografi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh.

MACAM LATAR
Latar dibedakan menjadi dua, yaitu
1.      Latar fisik/material. Latar fisik adalah tempat dalam ujud fisiknya (dapat dipahami melalui panca indra).
Latar fisik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a.          Latar netral, yaitu latar fisik yang tidak mementingkan kekhususan waktu dan tempat.
b.          Latar spiritual, yaitu latar fisik yang menimbulkan dugaan atau asosiasi pemikiran tertentu.
2.      Latar sosial. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain.

FUNGSI LATAR
Ada beberapa fungsi latar, antara lain
1.      memberikan informasi situasi sebagaimana adanya
2.      memproyeksikan keadaan batin tokoh
3.      mencitkana suasana tertentu
4.      menciptakan kontras

TEMA DAN AMANAT
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Ada beberapa macam tema, yaitu
a.         tema didaktis, yaitu tema pertentangan antara kebaikan dan kejahatan;
b.        tema yang dinyatakan secara eksplisit;
c.         tema yang dinyatakan secara simbolik;
d.        tema yang dinyatakan dalam dialog tokoh utamanya.
Dalam menentukan tema cerita, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
a.       niat pribadi,
b.      selera pembaca,
c.       keinginan penerbit atau penguasa.

Kadang-kadang terjadi perbedaan antara gagasan yang dipikirkan oleh pengarang dengan gagasan yang dipahami oleh pembaca melalui karya sastra. Gagasan sentral yang terdapat atau ditemukan dalam karya sastra disebut makna muatan, sedangkan makna atau gagasan yang dimaksud oleh pengarang (pada waktu menyusun cerita tersebut) disebut makna niatan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan makna aniatan kadang-kadang tidak sama dengan makna muatan
a.       pengarang kurang pandai menjabarkan tema yang dikehendakinya di dalam karyanya;
b.      beberapa pembaca berbeda pendapat tentang gagasan dasar suatu karta.
Yang diutamakan adalah bahwa penafsiran itu dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya unsur-unsur di dalam karya sastra yang menunjang tafsiran tersebut.
Dalam suatu karya sastra ada tema sentral dan ada pula tema samapingan. Yang dimaksud tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Yang dimaksud tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
Ada tema yang terus berulang dan dikaitkan dengan tokoh, latar, serta unsur-unsur lain dalam cerita. Tema semacam itu disebut leitmotif. Leitmotif ini mengantar pembaca pada suatu amanat. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.

POINT OF VIEW
Bennison Gray membedakan pencerita menjadi pencerita orang pertama dan pencerita orang ketiga.
1.      Pencerita orang pertama (akuan).
Yang dimaksud sudut pandang orang pertama adalah cara bercerita di mana tokoh pencerita terlibat langsung mengalami peristiwa-peristiwa cerita. Ini disebut juga gaya penceritaan akuan.Gaya penceritaan akuan dibedakan menjadi dua, yaitu
  1. pencerita akuan sertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencnerita menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut;
  2. pencerita akuan taksertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencerita tidak terlibat menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
2.      Pencerita orang ketiga (diaan).
Yang dimaksud sudut pandang orang ketiga adalah sudut pandang bercerita di mana tokoh pencnerita tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa cerita. Sudut pandang orang ketiga ini disebut juga gaya penceritaan diaan. Gaya pencerita diaan dibedakan menjadi dua, yaitu
  1. pencerita diaan serba tahu, yaitu pencerita diaan yang tahu segala sesuatu tentang semua tokoh dan peristiwa dalam cerita. Tokoh ini bebas bercerita dan bahkan memberi komentar dan penilaian terhadap tokoh cerita.
  2. pencerita diaan terbatas, yaitu pencerita diaan yang membatasi diri dengan memaparkan atau melukiskan lakuan dramatik yang diamatinya. Jadi seolah-olah dia hanya melaporkan apa yang dilihatnya saja.

Kadang-kadang orang sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh pencerita. Pada prinsipnya pengarang berbeda dengan tokoh pencerita. Tokoh pencerita merupakan individu ciptaan pengarang yang mengemban misi membawakan cerita. Ia bukanlah pengarang itu sendiri.

Jakob Sumardjo membagi point of view menjadi empat macam, yaitu
a.         sudut penglihatan yang berkuasa (omniscient point of view). pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. ia tahu segalanya;
b.         sudut penglihatan obyektif (objective point of view). pengarang serba tahu tetapi tidak memberi komentar apapun. pembaca hanya disuguhi pandangan mata, apa yang seolah dilihat oleh pengarang;
c.         point of view orang pertama. pengarang sebagai pelaku cerita;
d.        point of view peninjau. pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. seluruh kejadian kita ikuti bersama tokoh ini.



Menurut Harry Shaw, sudut pandang dalam kesusastraan mencakup
a.       sudut pandang fisik. yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan waktu dan ruang yang digunakan pengarang dalam mendekati materi cerita;
b.      sudut pandang mental. yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan perasaan dan sikap pengarang terhadap masalah atau peristiwa yang diceritakannya;
c.       sudut pandang pribadi. adalah sudut pandang yang menyangkut hubungan atau keterlibatan pribadi pengarang dalam pokok masalah yang diceritakan. sudut pandang pribadi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengarang menggunakan sudut pandang tokoh sentral, pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan pengarang menggunakan sudut pandang impersonal (di luar cerita).

Menurut Cleanth Brooks, fokus pengisahan berbeda dengan sudut pandang. Fokus pengisahan merupakan istilah untuk pencerita, sedangkan sudut pandang merupakan istilah untuk pengarang. Tokoh yang menjadi fokus pengisahan merupakan tokoh utama cerita tersebut. Fokus pengisahan ada empat, yaitu
a.       tokoh utama menyampaikan kisah dirinya;
b.      tokoh bawahan menyampaikan kisah tokoh utama;
c.       pengarang pengamat menyampaikan kisah dengan sorotan terutama kepada tokoh utama;
d.      pengarang serba tahu.

GAYA BAHASA 

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal dan seintensif mungkin.
Berikut adalah berbagai ragam gaya bahasa dan contoh penggunaannya dalam Bahasa Indonesia.
I. GAYA BAHASA PENEGASAN
1. Alusio
Gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum.
Contoh :
Dalam bergaul hendaknya kau waspada.
Jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja.
Segala yang berkilau bukanlah berarti emas.
2. Antitesis
Gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan.
Contoh :
Tinggi-rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu.
3. Antiklimaks
Gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya.
Contoh :
Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu.
4. Klimaks
Gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya.
Contoh :
Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibu kota, hari proklamasi ini dirayakan dengan meriah.
5. Antonomasia
Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata ini diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud.
Contoh :
Si Pelit den Si Centil sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung.
6. Asindeton
Gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh :
Buku tulis, buku bacaan, majalah, koran, surat-surat kantor semua dapat anda beli di toko itu.
7. Polisindeton
Gaya bahasa yang menyebutkan beberapa hat berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung (kebalikan asindeton).
Contoh :
Buku tulis, majalah, dan surat-surat kantor dapat di beli di toko itu.
8. Elipsis
Gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat tak lengkap), yakni kalimat yang predikat atau subjeknya dilesapkan karena dianggap sudah diketahui oleh lawan bicara.
Contoh :
“Kalau belum jelas, akan saya jelaskan lagi.”
“Saya khawatir, jangan-jangan dia ….”
9. Eufemisme
Gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata pantang (pamali, tabu), atau kata-kata yang kasar dan kurang sopan.
Contoh :
Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran.
Pegawai yang terbukti melakukan korupsi akan dinonaktifkan.
10. Hiperbolisme
Gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya.
Contoh :
Suaranya mengguntur membelah angkasa.
Air matanya mengalir menganak sungai.
11. Interupsi
Gaya bahasa penegasan yang mempergunakan kata-kata atau frase yang disisipkan di tengah-tengah kalimat.
Contoh :
Saya, kalau bukan karena terpaksa, tak mau bertemu dengan dia lagi.
12. Inversi
Gaya bahasa dengan menggunakan kalimat inversi, yakni kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Hal ini sengaja dibuat untuk memberikan ketegasan pada predikatnya.
Contoh :
Pergilah ia meninggalkan kampung halamannya untuk mencari harapan baru di kota.
13. Koreksio
Gaya bahasa yang menggunakan kata-kata pembetulan untuk mengoreksi (menggantikan kata yang dianggap salah).
Contoh :
Setelah acara ini selesai, silakan saudara-saudara pulang. Eh, maaf, silakan saudara-saudara mencicipi hidangan yang telah tersedia.
14. Metonimia
Gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang dimaksud. Misal, penyebutan yang didasarkan pada merek dagang, nama pabrik, nama penemu, dun lain sebagainya.
Contoh :
Ayah pergi ke Bandung mengendarai Kijang.
Udin mengisap Gentong, Husni mengisap Gudang Garam.
15. Paralelisme
Gaya bahasa pengulangan seperti repetisi yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedang di bagian akhir disebut epifora.
Contoh Anafora :
Sunyi itu duka
Sunyi itu kudus
Sunyi itu lupa
Sunyi itu lampus
Contoh Epifora :
Rinduku hanya untukmu
Cintaku hanya untukmu
Harapanku hanya untukmu
16. Pleonasme
Gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung dalam kata sebelumnya.
Contoh :
Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Tono berkelahi di tempat itu.
Dia maju dua langkah ke depan.
17. Parafrase
Gaya bahasa penguraian dengan menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misal, pagi-pagi digantikan ketika sang surya merekah di ufuk timur; materialistis diganti dengan gila harta benda.
Contoh :
”Pagi-pagi Ali pergi ke sawah.” dijadikan “Ketika mentari membuka lembaran hari, anak sulung Pak Sastra itu melangkahkan kakinya ke sawah.”
18. Repetisi
Gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa jenis ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa.
Contoh :
Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang.
Sekali merdeka, tetap merdeka!
19. Retoris
Gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenannya tidak bertanya.
Contoh :
Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan?
Inikah yang kau namakan kerja?
20. Sinekdoke
Gaya bahasa ini terbagi menjadi dua yaitu : (a) Pars pro toto (gaya babasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan) dan (b) Totem pro parte (gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian).
Contoh Pars pro toto :
Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp1.000,00.
Sudah lama ditunggu-tunggu, belum tampak juga batang hidungnya.
Contoh Totem pro parte :
Cina mengalahkan Indonesia dalam babak final perebutan Piala Thomas.
21. Tautologi
Gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat.
Contoh :
Engkau harus dan wajib mematuhi semua peraturan.
Harapan dan cita-citanya terlalu muluk.
II. GAYA BAHASA PEMBANDINGAN
1. Alegori
Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh.
Contoh :
Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudra kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi badai dan gelombang.
2. Litotes
Gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan kata-kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri.
Contoh :
Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu.
Silakan, jika kebetulan lewat, Saudara mampir ke pondok saya.
3. Metafora
Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya.
Contoh :
Gelombang demonstrasi melanda pemerintah orde lama.
Semangat juangnya berkobar, tak gentar menghadapi musuh.
4. Personifikasi atau Penginsanan
Gaya babasa perbandingan. Benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dibandingkan dengan manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia.
Contoh :
Bunyi lonceng memanggil-manggil siswa untuk segera masuk kelas.
Nyiur melambai-lambai di tepi pantai.
5. Simile
Gaya bahasa perbandingan yang mempergunakan kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dan lain sebagainya) dengan demikian pernyataan menjadi lebih jelas.
Contoh :
Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam.
Wajahnya seperti rembulan.
6. Simbolik
Gaya bahasa kiasan dengan mempergunakan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu. Misal, bunglon lambang manusia yang tidak jelas pendiriannya; lintah darat lambang manusia pemeras; kamboja lambang kematian.
Contoh :
Janganlah kau menjadi bunglon.
7. Tropen
Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang maknanya sejajar dengan pengertian yang dimaksudkan.
Contoh :
Seharian ia berkubur di dalam kamarnya.
Bapak Presiden terbang ke Denpasar tadi pagi.
III. GAYA BAHASA PENENTANGAN
1. Anakronisme
Gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu. Misalnya menyebutkan sesuatu yang belum ada pada suatu zaman.
Contoh :
Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak menengah.
2. Kontradiksio in terminis
Gaya bahasa yang mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian.
Contoh :
Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus kedengaran berdetak-detik.
3. Okupasi
Gaya bahasa pertentangan yang mengandung bantahan dan penjelasan.
Contoh :
Sebelumnya dia sangat baik, tetapi sekarang menjadi berandal karena tidak ada perhatian dari orang tuanya.
Ali sebenarnya bukan anak yang cerdas, namun karena kerajinannya melebihi kawan sekolahnya, dia mendapat nilai paling tinggi.
4. Paradoks
Gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat.
Contoh :
Dengan kelemahannya, wanita mampu menundukkan pria.
Tikus mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi.
IV. GAYA BAHASA SINDIRAN
1. Inuendo
Gaya bahasa sindiran yang mempergunakan pernyataan yang mengecilkan kenyataan sebenarnya.
Contoh :
la menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi.
2. Ironi
Gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud pembicara.
Contoh :
”Eh, manis benar teh ini?” (maksudnya: pahit).
3. Sarkasme
Gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah.
Contoh :
”Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet!”
“Dasar goblok! Sudah berkali-kali diberi tahu, tetap saja tidak mengerti!”
4. Sinisme
Gaya bahasa sindiran semacam ironi, tetapi agak lebih kasar.
Contoh :
”Hai, harum benar baumu? Tolong agak jauh sedikit!”

AMANAT

 
Amanat (pesan) ialah sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Penyampaian amanat (pesan) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara lisan dan cara tulisan. Cara pertama, penyampai amanat langsung berhadapan dengan penerima sebagai lawan bicara atau pendengar, sedangkan cara kedua, penyampai amanat tidak berhadapan langsung dengan penerima, tetapi menggunakan perantara/alat bantu ; dapat berupa cerita, buku (fiksi dan nonfiksi).